Search

Translate

Saturday

Madza Aqulu Lillah?

Kalau kalian ingin tahu tingkat keimanan kalian, maka awasi diri kalian saat sedang merasa sendiri. Sejatinya iman itu tidak terbentuk saat kalian melaksanakan shalat 2 raka'at, maupun puasa pada hari tertentu, melainkan terbentuk saat kamu berjuang melawan diri sendiri dan hawa nafsu. Seperti di dalam sebuah kisah, Nabi Yusuf as. tidak mendapatkan derajat paling tinggi, melainkan saat ia melewati ujian itu.

Firman Allah SWT, di dalam Al-Qur'an: "Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Naziat Ayat 40-41)

Dari ketujuh golongan yang akan diberikan naungan oleh Allah SWT, pada hari yang tidak ada tempat bernaung kecuali naungan-Nya, seseorang yang mengingat Allah SWT saat sendirian, kemudian basah air matanya, dan seseorang yang digoda wanita cantik lagi mempunyai jabatan tinggi, untuk melakukan perzinaan, tapi pria itu berkata: "Aku takut pada Allah SWT."

Dan bukankah dosa-dosa itu terjadi saat kita sedang sendiri atau sedang tidak taat? Maka celaka dosa-dosa itu, betapa buruk dampak dan jahat kabar dari dosa-dosa itu. Untukmu yang tidak sabar atas apa yang kalian harapkan, kamu pikir kamu siapa? Seberapa hebatkah kamu? Apa yang kamu ketahui? Apa saja yang udah kamu capai?

"Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.
Pada hari ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
Adapun orang yang melampaui batas,
dan lebih mengutamakan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
maka surgalah tempat tinggal(nya). (Qs. An-Naziat Ayat 34-41)

Amiirul Mu’miniin Umar ibn Al-Khattab berjalan bersama Abu Ubaidah Al-Jarrah radhiyallahu anhuma. Di tengah jalan mereka berdua bertemu dengan seorang wanita, yaitu Khaulah bint Tsa’labah radhiyallahu anha. Lantas Khaulah berkata “Wahai Umar! Aku masih ingat saat dulu engkau dipanggil Umair (Umar Kecil.) Saat engkau masih menakuti anak-anak lainnya di Pasar Ukaz. Hingga akhirnya engkau di panggil Umar dan kini engkau dipanggil Amiiriul Mu’minin. Maka bertakwalah engkau kepada Allah SWT hai Umar! Ketahuilah karena Allah SWT akan menanyakan tentang kepemimpinanmu. Bagaimana engkau mengurus rakyatmu?” Maka umar pun menangis sejadi-jadinya. Hingga Abu Ubaidah pun menegur Khaulah karena bersikap kasar kepada Umar. Namun, lantas dicegah oleh Umar sendiri “Biarkan dia wahai Abu Ubaidah! Karena sesungguhnya ia adalah seorang wanita yang perkataannya didengar oleh Allah SWT dari langit ketujuh. Maka aku lebih pantas untuk mendengarnya.”
Diantara nama-nama-Nya yang mulia adalah Al-Bashir, Yang Maha Melihat. Dia melihat segala sesuatu, besar maupun kecil. Dia melihat apa yang ada di bawah bumi dan apa yang ada diatas langit, dan apa yang ada di dalam lautan paling dalam sekaligus.

(QS. Al-An’am Ayat 103)
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

(QS. Ghafir:19)
“Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”

Umar mendengar seorang wanita tua berkata kepada putrinya “Nak.. Campurlah susu jualan kita dengan air!” Maka sang putri berkata “Tidakkah engkau tahu wahai ibundaku? Sesungguhnya Khalifah Umar melarang hal tersebut.” Sang ibu pun menukas “Dimanakah Umar sekarang? Dia tidak melihat kita.” Namun jawaban putri beriman tersebut sungguh mengharukan “Jika Umar tidak melihat kita, maka sesungguhnya Tuhannya Umar melihat kita ibunda…”

Suatu hari Ibn Umar bertemu seorang budak penggembala di sebuah padang pasir. Lalu Ibn Umar menguji pemuda tersebut dengan mengatakan ingin membeli seekor dombanya. Namun jawab budak tersebut “Aku sudah diberi kepercayaan oleh majikanku.” Ibn Umar pun semakin tergoda untuk mengujinya dan berkata “Katakan saja bahwa seekor dombanya telah dimakan serigala.” Namun jawaban budak yang hatinya telah dipenuhi rasa takut kepada Allah SWT tersebut sungguh mengejutkan kita, “Lantas apa yang harus aku katakan kepada Allah SWT?"
"Apa yang harus aku katakan?"
"Jika aku katakan kepada majikanku bahwa dombanya telah dimakan serigala, namun apa yang akan aku katakan kepada Allah SWT?”

"Madza Aqulu Lillah? Disaat mulutku terkunci dan semua anggota tubuhku akan berbicara?”

(QS. An-Nur Ayat 24)
“Pada hari itu lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Lantas Ibn Umar pun menangis, kemudian mengutus seseorang untuk membebaskan pemuda itu dan berkata, “Perkataanmu itu telah membebaskanmu di dunia ini. Aku memohon kepada Allah agar membebaskanmu ketika engkau bertemu denga-Nya."

Perhatikanlah! Budak penggembala tersebut mengatakan dengan penuh keimanan dan merasa diawasi oleh Allah SWT, “Apa yang harus aku katakan kepada Allah SWT?”

Lantas kemanakah contoh-contoh ini dalam kehidupan kita?
Kemanakah keimanan dalam hidup kita?
Kemanakah jejak-jejak kebaikan dalam keseharian dan ibadah kita?

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.