Search

Translate

Friday

Melambaikan Tangan ke Hajar Aswad (Sejarah Mekah)



Assalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh …


Dari Ibn. Abbas ra. Bahwa Nabi Saw. tidak melambaikan tangan (menyalami) kecuali kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani. Sedangkan dari Umar ra. Diriwayatkan bahwa ia datang ke Hajar Aswad lalu menciumnya. Umar berkata, “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya saya tidak melihat Rasulallah menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu.”


Umar mengatakan demikian, mengingat saat itu orang-orang baru saja meninggalkan menyembah berhala-berhala, sehingga dikhawatirkan orang-orang bodoh akan mengira bahwa mencium Hajar Aswad ini merupakan bagian dari ibadah, menyembah dan mengagungkan batu-batuan, sebagaimana halnya orang-orang Arab pada masa Jahiliyah., Umar lalu menjelaskan mencium Hajar Aswad tiada lain semata-mata mengikuti sunnah Nabi Saw., bukan karena batu tersebut dapat membawa atau memberi manfaat, seperti yang diyakini orang-orang jahiliyah terhadap berhala-berhala. Kata-kata dan penegasan Umar ra. Ini mengisyaratkan bahwa dalam urusan agama (beribadah), kita harus menerima sepenuhnya tuntunan syari’at dan sunnah Nabi, walaupun tanpa mengetahui apa hikmah dibalik ibadah itu.

Adapun adab atau etika menyalami Hajar Aswad ialah :
1. Dilarang menyakiti dan saling mendorong, sebab mencium Hajar Aswad adalah sunnah, sedangkan menghindari dari menyakiti orang lain ialah kewajiban. Tidak boleh mengerjakan sunnah dengan meninggalkan kewajiban. Oleh karenanya, cukup dengan bertakbir dan melambaikan tangan ke arahnya. Ibnu Abbas bra berkata : “ Janganlah kalian berdesak-desakan di Hajar Aswad, jangan menyakiti atau disakiti.”
Senada dengan ibnu Abbad, Atha’ pun mengingatkan bahwa bertakbir dan tidak menyakiti saudara muslim lain lebih disukai daripada berusaha menyalami dan menciumnya. Sekarang ini, disamping Hajar Aswad dibangun batu teras agak menonjol untuk tempat naik para polisi guna memudahkan pengaturan orang-orang yang hendak menciumnya.
2. Kaum wanita dilarang memaksa masuk ke keramaian kaum lelaki untuk sekedar mencium Hajar Aswad. Ini sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari bahwasanya ‘Aisyah ra. Thawaf agak berjarak dari kaum lelaki sambil berkata “jangan bercampur dengan mereka”. Kemudian datang seorang perempuan, “ayo jalan, kita harus menciumnya wahai Ummul Mukminin.” Lalu ‘Aisyah menimpali, “Silahkan kamu pergi, saya tidak mau.” Namun, jika kondisinya agak longgar dan memungkinkan, maka diperbolehkan wanita menciumnya.
3. Dilarang bersuara keras ketika menciumnya atau mengangkat tangan setelah memberi salam kepadanya. Ini sebagaimana diriwayatkan dari Sa’id ibn Jibril, katanya, “Apabila engkau mencium Hajar Aswad, maka janganlah mengangkat suara keras-keras sehingga menyerupai wanita ketika melakukannya.”
4. Dilarang berhenti di garis Hajar Aswad untuk berdo’a maupun shalat, khususnya pada waktu padat. Sebab yang demikian itu mengganggu dan menyakiti orang-orang yang sedang dalam perjalanan thawaf.

Semoga bermanfaat …


Salam santun Ukhuwah fillah …

Thursday

Wanita Muslimah

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

Tidak ada yang salah kalau kamu mengharapkan wanita yang cantik, tapi coba tanyakan pada hatimu, apakah itu yang terpenting dalam perjalanan bahteramu di dunia? Bukankah kecantikan itu relatif ? lalu mengapa banyak yang menganggap bahwa cantik itu kulit yang mulus, wajah yang bersih, hidung yang mancung, dan tinggi yang semampai ? Sebuah persepsi dan doktrin media yang sangat mempengaruhi hati dan pikiran kamu.

Karena melihat media menayangkan wajah wanita itu seperti ini dan itu, maka otak kamu menerima bahwa wanita cantik itu memang berciri sempurna, seperti ajang-ajang putri kecantikan nasional maupun internasional. Itu lah cantik katanya.

Rasulullah bersabda :

“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena martabatnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah engkau mendapat wanita yang baik agamanya agar engkau beruntung dan tidak merugi.” (Riwayat Al-Bukhāri)

Rasulullah memang tidak melarang bahkan membolehkan kamu mengharapkan wanita cantik atau laki-laki tampan untuk menghiasi rumah tanggamu. Namun tidak ada yang lebih penting dari itu semua selain Agamanya. Tentu agamanya lah yang mampu membuatnya semakin cantik ketimbang kamu melihatnya hanya dari segi fisik.

Kalau ada yang cantik tapi akhlaknya nol dan ada wanita yang biasa-biasa saja tapi kecintaan-Nya terhadap Allah Azza Wa Jalla sangat besar. Maka pilihlah wanita yang mencintai Allah, karna wanita shalihah bak mutiara akan mampu membawamu sampai JannahNya. Tapi saya yakin, semua wanita didunia ini cantik,hanya takwanyalah yang membedakan.

Wallahua’lam bish shawwab.

Saturday

Cinta

Cinta, ,,
Izinkan Aku Merengkuhmu Dengan Istikharahku...
( D u p l i c a t e d )

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Cinta...
Apa kabarmu hari ini?

Sering Kutanyakan kepada hati di mana engkau berada.
Karena hadirmu begitu kurindu, begitu kudamba...

Terkadang tak sabar jua aku ingin bertemu.
Meski aku setia menunggu hadirmu, hingga batas waktu yang tak tentu.

Cinta...
Apa kabarmu hari ini?

Ketahuilah, bahwa meski aku tidaklah sesabar Ayyub...
Setampan Yusuf...
Sekaya Sulaiman...
Setabah Bapak Ibrahim...
Setangguh Musa...
Atau seterpuji baginda Muhammad...

Namun aku sangat berharap bahwa kekurangan itu tidak menjadikanmu menjauh dariku.
Aku sangat berharap bahwa kekurangan itu tidak menunda pertemuan antara kau dan aku.
Dan aku menjanjikan kesetiaan dan ketegaran hati untuk menjaga dan memayungimu.
Hingga berbuah surga-Nya...

Cinta...
Meski kekuranganku begitu besar...
Namun percayalah, aku tak pernah mencari apa apa yang menjadi kekuranganmu.
Karena kutahu, bahwa kekurangan itu akan menjadi bagian yang akan saling menyempurnakan hidupku dan hidupmu.

Cinta...
Meski kata orang aku dianugerahi banyak kelebihan...
Namun bukan berarti arti hadirmu akan lantas kukesampingkan...
Karena sebaik baik kelebihan yang kumiliki adalah memilikimu...

Cinta...
Ketulusanku tidaklah di atas kertas semata.
Karenanya, aku tidak perlu menulis dan mengarsipkan rasa di hatiku pada file file cintaku.
Yang dapat dengan begitu mudah kubuka dan kututup kembali, saat kebosanan itu mengintai...

Cinta...
Niat suciku tidaklah sebatas alunan rayu penghias bibirku.
Yang begitu mudah layu, hanya karena kedatangan uji cintamu.
Yang begitu mudah rapuh, hanya karena selintas goda cinta lain di hadapanku.
Hingga tak perlu kuucapkan kata kata I – Love - You...

Cinta...
Kelembutanku tak tergambarkan oleh berbagai macam simbol sentuhan...
Hingga segalanya tak perlu kurefleksikan dengan pegangan tangan...
Untuk merasakan hangatmu...

Cinta...
Jika ada yang menanyaimu;

Jika memang cintaku tidak di atas kertas...
Tidak pada pandangan mata...
Tidak pula pada ucapan bibir ini...
Atau pada pegangan tanganku...
Lantas bagaimanakah aku mencintaimu?

Cinta...
Aku menjawab singkat saja...

Bahwa...
Mendoakan untuk kebaikanmu adalah caraku memelukmu dari kejauhan...
Menjaga pandanganku adalah caraku merasakan syahdunya hadirmu...
Memuliakanmu dalam diam adalah caraku mencintai dan memperlakukanmu...
Dan merengkuhmu dengan istikharahku adalah caraku mendapatkanmu...

Karena...
Kesetaraan dan kelayakan adalah sesuatu yang dijanjikan oleh Allah atas hamba hamba-Nya.........

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka yang kemudian itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka berhak mendapatkan amupunan dan anugerah kehormatan." ( QS 24 : 26 )

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.." ( QS 30 : 21 )

"Dan Tuhanmu berfirman : "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari memuja-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". ( QS 40 : 60 )

”Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS 47 : 7 )

Semoga bermanfaat.

Niigata, 22 Mei 2012
Diadaptasi dari catatan bersama
Muhammad Hanafi – Airin Maulida Putri


Wednesday

RUMUS HIDUP SEBAGAI MANUSIA . Silahkan copy and share :)

    Dongkol apapun tidak akan menuntut, lapar sampai matipun tidak akan jadi maling.

    Kemiskinan dirumah, bukanlah kemiskinan yang sebenarnya, kemiskinan dijalanan dapat membuat manusia binasa

    Bersandar kepada orang lain tak ada guna, jika terhempas, merangkak, bangunlah sendiri.

    Semua perbuatan (jahat) akan diketahui orang lain, kecuali diri sendiri tidak melakukannya.

    Lebih baik minum teh yang disuguhkan dengan senyuman (ikhlas), daripada makan nasi yang disuguhkan dengan muka masam.

    Menjalin hubungan baik dengan 10 orang, jauh lebih baik ketimbang mempunyai musuh walau hanya seorang.

    Jika ingin berprestasi, carilah di dalam buku.

    Jika bersua dengan orang lain, harus berperilaku sopan santun. Menyeberangi sungai janganlah berebut naik keatas perahu. Rakus terhadap kemaksiatan, tidak memperdulikan kesehatan badan, nyali yang berlebihan tidak memperdulikan nyawa.

    Lebih baik bekerja di masa muda, daripada miskin di hari tua.

    Jika manusia didunia dapat menaati rumus ini, terhindarlah bencana dan damailah bumi ini.

Friday

CerpenKehidupan: Malam-Malam Nina

Malam-Malam Nina

Cerpen Lan Fang

Ini sudah hari ke empat Nina kelihatan murung. Kian hari wajahnya semakin mendung dengan mata nanar dan bisu. Kerjanya setiap hari bangun dengan masai lalu duduk termenung.

Sebetulnya itu bukan urusanku. Karena Nina bukan siapa-siapaku. Ia hanya menyewa sebuah kamar di rumahku. Ia tinggal bersamaku baru dua bulan ini. Tetapi entah kenapa aku langsung menyukainya.

Rumahku tidak terlalu besar. Juga tidak terlalu bagus. Sederhana saja. Rumahku berada di kampung yang dindingnya rapat dengan tembok rumah sebelah. Ada tiga kamar kosong. Tetapi aku tinggal sendirian. Karenanya aku menyewakan kamar-kamar kosong itu untuk menunjang hidupku di samping aku membuka sebuah warung kelontongan kecil di depan rumah.

Penghuni kamar pertama adalah Anita. Ia cantik dan selalu wangi karena ia bekerja sebagai seorang beauty advisor kosmetik terkenal di counter kosmetik sebuah plaza megah. Anita supel, periang dan pandai berdandan.

Kamar kedua dipakai oleh Tina. Ia juga cantik. Katanya ia bekerja di sebuah restaurant. Tetapi yang mengantarnya pulang selalu bukan laki-laki yang sama. Kepulan rokok mild juga tidak pernah lepas dari bibirnya yang seksi.

Tetapi aku bukan tipe pemilik kost yang rese’. Mereka kuberi kunci pintu supaya bila pulang larut malam tidak perlu mengetuk-ngetuk pintu dan membuatku terganggu. Aku tidak terlalu pusing dengan apa pun yang mereka kerjakan. Toh mereka selalu membayar uang kost tepat waktu. Bukan itu saja, menurutku, mereka cukup baik. Mereka hormat dan sopan kepadaku. Apa pun yang mereka lakoni, tidak bisa membuatku memberikan stempel bahwa mereka bukan perempuan baik-baik.

Nina datang dua bulan yang lalu dan menempati kamar ketiga. Kutaksir usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Paling-paling hanya terpaut dua tiga tahun di bawahku. Ia tidak secantik Anita dan Tina, tetapi ia manis dan menarik dengan matanya yang selalu beriak dan senyumnya yang tulus. Ia rapi. Bukan saja kamarnya yang selalu tertata, tetapi kata-katanya pun halus dan terjaga. Ia membuatku teringat kepada seorang perempuan yang nyaris sempurna. Perempuan di masa lampau yang…ah…aku luka bila mengingatnya.

Oh ya, Nina juga tidak pernah keluar malam. Ia lebih banyak berada di rumah, bahkan ia tidak segan-segan membantuku menjaga warung. Kalaupun ia keluar rumah, ia akan keluar untuk tiga sampai empat hari setelah menerima telepon dari seseorang laki-laki. Laki-laki yang sama.

Bukan masalah kemurungannya saja yang aneh bagiku. Tetapi sudah dua minggu terakhir Nina tidak pernah keluar rumah. Bahkan tidak menerima atau menelepon sama sekali. Yang tampak olehku hanyalah kegelisahan yang menyobek pandangannya. Dan puncaknya adalah empat hari terakhir ini.

"Nina, ada apa? Beberapa hari ini kamu kelihatan murung…," aku tidak bisa mengerem lidahku untuk bertanya, ketika kami hanya berdua saja di rumah. Warung sudah tutup pukul sepuluh malam. Anita dan Tina belum pulang. Tetapi Nina kulihat masih termangu dengan mata kosong.

Ia menoleh dengan lesu setelah sepersekian menit diam seakan-akan tidak mendengarkan apa yang aku tanyakan. Kemurungan tampak menggunung di matanya yang selalu beriak. Tetapi ia cuma menggeleng.

"Apa yang sekiranya bisa Mbak bantu?" aku tidak peduli andai ia menganggapku rese’.

Lagi-lagi hanya gelengan. Ia masih duduk seperti arca membatu. Tapi mampu kubaca pikirannya gentayangan. Rohnya tidak berada di tubuhnya. Entah ke mana mengejewantah.

Nina memang tidak pernah bercerita tentang dirinya, tentang orang tuanya, asalnya, sekolahnya, perasaannya, atau tentang laki-laki yang kerap meneleponnya. Aku sendiri juga tidak pernah menanyakannya. Mungkin ada hal-hal yang tidak ingin dia bagi kepada orang lain. Maka biarlah ia menyimpannya sendiri. Bukankah aku juga seperti itu?

Sepi terasa lindap, seakan menancapkan kuku-kukunya mengoyak angin yang terluka. Hening itu benar-benar ada di antara aku dan Nina. Aku merasa tersayat. Karena sunyi seperti ini sudah kusimpan lima tahun lamanya. Kenapa sekarang mendadak hadir kembali?

Lalu aku bangkit dari dudukku, mengambil satu seri kartu sebesar kartu domino. Tetapi yang tergambar bukan bulatan-bulatan merah. Tetapi berbagai macam bentuk berwarna hitam. Aku menyimpannya sudah lama. Sejak mataku selalu berembun, lalu embun itu menitik di ujung hati. Sejak sepi yang tanpa warna mulai mengakrabi aku. Sejak itulah aku mulai berbagi resah dengan kartu-kartu ini. Mereka banyak memberiku tahu tentang apa saja yang aku ingin tahu.

Anita dan Tina sering melihatku bermain dengan kartu-kartuku di tengah malam ketika mereka pulang. Sejak melihatku bermain dengan kartu-kartu ini, mereka juga sering ikut bermain. Ada saja yang mereka ceritakan padaku melalui kartu-kartu ini. Jualan yang sepi, para langganan yang pelit memberikan tips sampai kepada pacar-pacar mereka yang datang dan pergi.

Aku menyulut sebatang dupa India. Aromanya semerbak langsung memenuhi ruangan. Aku suka. Setidaknya mengusir hampa yang sejak tadi mengambang di udara. Kukocok setumpuk kartu itu di tanganku. Kuletakkan di atas meja di depan Nina.

"Mari, temani Mbak bermain kartu. Ambillah satu…," ujarku.
Mata Nina memandangku. Bibirnya tetap rapat. Tetapi matanya mulai berembun. Dengan sebuah gerakan lamban tanpa semangat ia mengambil sebuah kartu. Lalu membukanya.

"Ah! Hatimu sedang kacau, sedih, kecewa, tidak menentu. Kau terluka," gumamku ketika melihat kartu yang dibukanya.

Seperti aku dulu…, aku melindas gelinjang rasa yang sudah lama kupendam.
Aku mulai membuka kartu-kartu berikutnya. "Kau sedang memikirkan seseorang,…ah bukan…kau merindukannya…penantian… jalan panjang…menunggu…kau menunggu seorang laki-laki?"
"Ya," suaranya gamang terdengar seperti datang dari dunia lain.

Kuteruskan membuka kartu-kartu itu. "Menunggu… halangan… perempuan…dia beristri?" kutanya ketika tampak olehku gambaran seorang perempuan di atas kartu itu.
"Ya," kali ini suaranya seperti cermin retak berderak. Ia luka sampai seperti sekarat.

Kurasakan derak-derak itu sampai menembus batinku. Kenapa seperti yang pernah kurasakan lima tahun lalu?
"Kamu mencintainya, Nina?"
"Amat sangat!" kali ini ia menjawab cepat.

Kuhela napas panjang. Kubiarkan kartu-kartu berserakan di antara aku dan Nina. Kulihat jantungnya seperti bulan tertusuk ilalang.

"Tetapi ia mengecewakanku, Mbak. Ia mengkhianati aku." Ia tidak mampu lagi menyembunyikan suara gemeretak hatinya yang bagaikan bunyi tembikar terbakar.

"Ia mengkhianati kamu? Bukannya ia yang mengkhianati istrinya? Bukankah ia sudah beristri?" aku bertanya, berpura-pura bodoh karena berusaha menyingkirkan masa lalu yang mulai menggigiti sanubariku. Perih itu masih terasa.

"Ya. Dia beristri. Tapi istrinya jahat sekali. Ia ingin meninggalkannya. Ia mencintaiku. Kami punya rencana masa depan," jawabnya naïf dan lugu.

Astaga! Seperti itukah diriku lima tahun silam? Aku benar-benar seperti melihat cermin diriku.

Kepulan asap dupa melemparku ke kepulan asap lain yang sama pekatnya lima tahun yang lalu. Aku berada di dalam kepulan-kepulan asap rokok tebal dari mulut para lelaki berduit yang kutemani duduk-duduk, minum, sampai ke kamar tidur. Para lelaki yang mabuk kepayang karena kecantikanku sebagai primadona di sebuah wisma di kompleks hiburan malam. Para lelaki kedinginan yang butuh kehangatan. Para lelaki kesepian yang butuh pelukan. Para lelaki yang tidak tahu lagi ke mana bisa menghamburkan uang mereka yang berlebihan.

"Istrinya jahat bagaimana? Namanya istri ya wajar saja dia tidak suka kalau suaminya berhubungan dengan perempuan lain," sahutku enteng atau tepatnya aku sudah terbiasa untuk "mengenteng-entengkan" jawaban yang ujung-ujungnya akan membuatku terluka. "Yang salah, ya suaminya. Sudah beristri kok masih bermain api. Tetapi namanya laki-laki ya begitu…," sambungku pelan.

Laki-laki memang begitu, desahku. Laki-laki memang suka bermain api. Laki-laki memang suka mendua. Seperti para lelaki yang datang dan pergi di atas ranjangku. Mereka terbakar hangus gairah memberangus, haus sampai dengus-dengus napas terakhir. Lalu mereka pergi setelah sumpalkan segepok uang di belahan dadaku.

"Tetapi Bayu tidak seperti itu!" sergah Nina cepat. "Bayu mencintaiku, Mbak! Ia tidak akan meninggalkanku."

Ya! Prihadi juga tidak seperti laki-laki lain. Ia juga mencintaiku. Prihadi tidak seperti laki-laki lain yang meniduriku dengan kasar. Ia bahkan sangat lemah lembut untuk ukuran "membeli" kehangatan dari seorang perempuan seperti aku. Karena Prihadi, maka aku tidak mau menerima tamu yang lain. Ia menginginkan aku hanya untuknya, maka ia membeli dan menebusku dari induk semangku. Lalu ia membawaku keluar dari wisma itu dan membelikan aku sebuah rumah kecil. Ia pahlawan bagiku. Ia tidak meninggalkanku. Bahkan memberikan benih kehidupan baru yang tumbuh di dalam tubuhku. Aku bahagia sekali. Tetapi kemudian aku memutuskan untuk meninggalkannya.

Kuputuskan untuk meninggalkan Prihadi ketika istrinya datang menemuiku dengan begitu anggun dan berwibawa. Berhadapan dengan perempuan yang begitu berkilau, tinggi, langsing dengan kulit kuning, ayu dengan wajah priyayi, tutur katanya lemah lembut, membuatku benar-benar merasa rendah dan tidak ada artinya. Ia sama sekali tidak menghardik atau mencaci-makiku. Ia sungguh nyaris sempurna untuk ukuran seorang perempuan, kecuali…belum bisa memberikan anak untuk Prihadi!
"Kamu Ningsih? Aku istri Prihadi. Namaku Indah."
Oh, ia sungguh-sungguh seindah namanya.

"Aku tahu hubunganmu dengan suamiku," ujarnya dengan menekankan benar-benar kata "suamiku" itu. "Dan aku tahu kamu pasti perempuan baik-baik," lagi-lagi ia memberikan tekanan dalam kepada kata-kata "perempuan baik-baik" yang jelas-jelas ditujukannya kepadaku. "Sebagai perempuan baik-baik, kamu seharusnya tidak menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri…dengan alasan apa pun," kali ini ia menekankan setiap kata-katanya sehingga membakat wajahku terasa panas.

"Nina, sebagai perempuan baik-baik, seharusnya kamu tidak berhubungan dengan laki-laki yang sudah beristri…dengan alasan apa pun…," aku mengulangi kalimat yang kusimpan lima tahun yang lalu untuk Nina. Sebetulnya itu klise, bukan? Hanya sekadar untuk menutupi gundah gulanaku yang entah kenapa merayapi seluruh permukaan batinku.

"Tetapi, Mbak, Bayu mencintaiku…," Nina menjawab. Jawaban itu juga yang kuberikan lima tahun yang lalu kepada perempuan yang nyaris sempurna itu.

Tetapi ketika itu, ia justru memberikan senyum manisnya. Ia benar-benar tanpa ekspresi marah. "Laki-laki biasa seperti itu. Tetapi kamu kan perempuan baik-baik. Walaupun Prihadi menggoda, mengejar dan mencintaimu, tetapi bukankah sudah sepantasnya kamu menolaknya? Kamu kan tahu kalau dia sudah beristri?" lagi-lagi ia membuatku pias.
Aku berusaha mem-photocopy kata-kata usang itu untuk Nina.
"Tetapi aku juga mencintai Bayu," ia melenguh getir.

Kurasakan getir yang sama ketika aku memberikan jawaban itu pula kepada istri Prihadi. Bahkan waktu itu aku masih memberikan tambahan jawaban. "Aku mengandung anak Prihadi…." Kuharap dengan jawabanku itu ia tidak akan mengusik perasaanku dengan kata-katanya yang lemah lembut tetapi terasa menampar-nampar.

"Baiklah, aku mengerti kalau kamu mencintai Prihadi," ia tertawa pelan tetapi sungguh terasa kian menusuk-nusuk.
Astaga! Ia tertawa! Terbuat dari apakah perempuan ini?

"Kalau kau mencintai seseorang, maka kau akan melakukan apa saja yang akan membuatnya bahagia kan?" Ia pandai sekali bermain kalimat. Sebentar kalimat pernyataan, sebentar kalimat tanya. Tetapi tidak ada satu pun dari kalimatnya yang membakatku merasa nyaman.

Hei! Konyol benar! Sudah syukur-syukur ia tidak memaki-makimu…, cetus batinku.
"Ya, aku akan melakukan apa saja untuk membuat Prihadi berbahagia."

"Nah, kau tahu kalau Prihadi adalah tokoh masyarakat yang cukup terkenal dan disegani di kota ini, kan? Ia memiliki kedudukan, kekayaan, karisma, dan nama baik. Apakah bisa kau bayangkan bagaimana reputasi Prihadi kalau sampai terbongkar mempunyai hubungan dengan perempuan lain…dan bahkan mempunyai anak di luar nikah?"

Oh…ia mempunyai tata bahasa yang sempurna! Ia sama sekali tidak menggunakan kata-kata kasar. Ia memakai istilah "mempunyai hubungan dengan perempuan lain", ia tidak mengatakan "mempunyai simpanan bekas pelacur", ia mengatakan "anak di luar nikah", ia tidak mengucapkan "anak haram". Apakah itu berarti ia menghargaiku? Tetapi kenapa aku justru tidak merasa dihargai? Aku justru merasa dipermalukan. Ataukah memang pantas aku dipermalukan?
"Bagaimana? Apakah situasi itu akan baik untuk Prihadi?"
"Tidak," aku tidak mempunyai pilihan lain kecuali kata-kata itu.

Ia tertawa pelan tetapi kali ini benar-benar seperti tawa seorang algojo yang berhasil memengal kepala seorang tawanan yang sama sekali tidak melawan.

"Lalu bagaimana caramu untuk membuat Prihadi bahagia? Kamu tidak mau merusak semua yang sudah dimiliki Prihadi, kan?" Ia benar-benar algojo yang sempurna. Ia memenggal kepalaku tanpa rasa sakit sedikit pun.

Tinggal aku yang menggelepar, terkapar, tanpa pernah merasa sekarat meregang nyawa.

"Kalau kamu mencintai Prihadi, tinggalkan dia, gugurkan kandunganmu. Kamu pergi jauh dan memulai kehidupan baru. Aku akan membantumu. Kamu cantik sekali, Ningsih. Aku yakin, tidak akan sulit bagimu untuk mencari laki-laki baik yang belum beristri," ia menutup eksekusinya dengan kata-kata pelan tetapi penuh tekanan. "Jelas? Kuharap kamu cukup pandai untuk bisa mengerti semuanya," tandasnya.

Lalu tidak banyak yang bisa kubantah ketika ia "membantuku" menyelesaikan semuanya. Ia melakukan transaksi jual beli atas rumah yang kutempati. Ia menggantinya dengan sejumlah uang yang lebih dari cukup. Ia mengantarku ke dokter dan membayar semua ongkos "mengeluarkan" calon kehidupan yang bersemayam di tubuhku. Ia membelikan aku tiket pesawat. Ia mengantarku sampai ke bandara. Ia memeluk dan mencium pipiku, lalu berbisik, "Selamat menempuh hidup baru, Ningsih. Tolong, jangan ganggu kehidupan Prihadi. Terima kasih atas pengertianmu. Kamu memang perempuan yang baik…"
Oh! Ia benar-benar perempuan yang sempurna!

Sampai pesawatku tinggal landas, aku tidak bisa menitikkan air mata sama sekali. Apa yang perlu kutangisi? Perempuan itu tidak memaki atau menghinaku. Bahkan ia "membantuku" dan memberiku banyak uang untuk memulai kehidupan baru di kota yang jauh dari mereka. Terasa jutaan sembilu menikam-nikam. Hatiku terasa sakit tetapi mataku hanya bisa mengembun.

Sejak itu, aku berteman dengan kartu-kartu ini. Kartu-kartu ini pemberian induk semangku. Aku belajar dari dia membaca kartu-kartu ini. Dahulu, dari kartu-kartu ini, aku tahu apakah aku akan mendapat banyak tamu atau tidak? Apakah Prihadi akan datang atau tidak.
Ah, kutepis nama itu cepat-cepat.

Aku melanjutkan jalannya kartu-kartu yang masih berserakan di atas meja. Aku tidak mau mengingat masa lalu yang sudah sekian lama kukubur. Aku tidak mau menoleh ke belakang karena sangat menyakitkan. Toh, dengan uang yang kubawa, aku bisa membangun kehidupan baru, membeli rumah ini, membuka warung kecil, menerima kos-kosan, bertemu Nina…

"Halangan…rintangan…rindu…ah…ia tidak mempunyai uang!" Aku berusaha mengalihkan rasa lukaku dengan membaca kartu-kartu Nina. Lagi-lagi ramalan itu yang kubaca dari kartu-kartu yang bertebaran. "Bingung…perempuan…halangan…Ia merindukanmu juga. Tetapi ia bingung bagaimana harus menghadapi istrinya," cetusku.

Nina tertawa sumbang. "Bayu memang tidak punya uang. Istrinya yang kaya. Istrinya yang memegang kendali perusahaan. Istrinya sudah mengetahui hubungan kami. Dia lalu mengusirnya keluar dari perusahaan. Sekarang ia menghindar dariku, Mbak! Ia lebih mencintai kekayaan istrinya daripada perasaanku!"

"Bayu mengecewakanku, Mbak," sentaknya. Kali ini embun-embun di matanya berguguran menjadi rintik hujan. Mengalir deras menganak di lekuk-lekuk pipinya. "Bayu menipu hatiku, Mbak! Ia takut tidak bisa hidup kaya bila pergi bersamaku. Aku benci padanya!" Hujan itu sudah menjadi badai. Riuh rendah bergemuruh seakan puting beliung yang akan merubuhkan apa saja. Lara berkubang seperti seonggok daun-daun gugur di matanya yang tersayat.
"Apa yang kau inginkan darinya?"
"Aku ingin dia sakit…sesakit yang kurasakan!"

Aku tercenung. Sesakit itu pula yang pernah kurasakan. Betapa rasa benci itu melebihi rasa sakit. Aku juga benci setengah mati kepada Prihadi. Kenapa ia tidak mencariku kalau ia mencintaiku? Kenapa sejak istrinya yang begitu sempurna itu menemuiku, ia juga tidak pernah muncul? Lalu ketika istrinya "membantuku" untuk menyelesaikan semuanya, ia juga tidak ada kabar berita? Padahal sudah kucari seakan sampai ke ujung dunia. Apakah itu sudah merupakan kesepakatan mereka berdua?

Akhirnya, aku merasa pencarianku sia-sia. Ia kucari sampai ke ujung mimpi. Kubatin, kupanggil, kunanti, dengan seluruh pengharapan dan kerinduan. Tetapi ruang hampa yang kudapati. Sehingga, kuputuskan untuk bersahabat saja dengan rasa benci dan rasa sakit. Mungkin akan menjadi lebih ramah dan menyenangkan. Ternyata benar. Membenci lebih mudah daripada memaafkan. Sakit lebih nikmat daripada pengharapan. Jadilah rasa benci dan sakit yang kusimpan untuk Prihadi.

Malam demi malam, kusumpahi kandungan perempuan yang nyaris sempurna itu. Aku tidak rela menggenapi kesempurnaannya sebagai seorang perempuan dengan seorang anak, sementara ia menyuruh dokter untuk menyendok dengan mudah sebiji kacang hijau kecil di dalam rahimku. Biarkan ia juga menikmati sepi yang sama seperti sepi yang dibelikannya untukku.

Sejak malam itu, malam-malam Nina juga menjadi sibuk. Nina menjadi sangat menyukai malam seperti aku. Setiap malam, ia mengirimkan rasa sakit yang dirasakannya kepada Bayu. ***

Mengapa kita harus belajar menjadi lebih bijaksana?…


Topik motivasi ini adalah motivasi hidup dalam Kebijaksanaan…sering kali kita mendengar bahkan mendapat ceramah atau nasehat tentang apa itu bijaksana atau bagaimana sikap yang bijaksana itu. Atau kita juga disarankan untuk merubah sikap kita menjadi lebih bijaksana. Tidak semua orang sama, tidak semua orang mau mendengar dan tidak sedikit pula yang acuh mengenai sikap bijaksana.

Bijaksana berarti hal yang dilakukan dengan tepat sasaran. itulah definisi sederhana yang bisa kita ambil, bisa berupa sikap, keputusan dan langkah selanjutnya dengan apa yang kita lakukan untuk mengurangi dampak negative yang bisa timbul.

Menjadi bijak tidaklah mudah, perlu usaha dan kemauan. Perlu perubahan yang timbul dari diri sendiri. Sehingga pengalaman adalah guru kebijaksanaan bagi kita. Karena sering kali kita berubah karena kita merasakan sendiri pengalaman tersebut atau mendengar pengalaman orang lain. Dan mulai merancang hal-hal kedepan dengan lebih baik dan hati-hati agar tidak terulang lagi atau hal buruk tidak terjadi pada diri kita. Manusia lebih mengarah pada contoh yang nyata…pengalaman yang nyata dan benar-benar terjadi karena hal tersebut lebih teryakini. Jadi jangan heran kalau kita memberi nasehat pada orang lain, tapi mereka tidak memberi respon yang baik…mereka hanya kurang mengerti…bukan tak mau tahu..

Ok, kita kembali ke masalah sebenarnya…lhoo..yang tadi emang bukan ya?…hmmm..bukan, itu hanya mengenai kebijaksanaan..kan judulnya belajar menjadi bijaksana….ayo kita mulai dengan tanya jawab…

Q: Mengapa kita harus belajar menjadi lebih bijaksana?…

J: Supaya penyesalan tidak datang terlambat.

Sunday

A Prophet isn't appreciated in his own country

Silahkan Membaca!

Mungkin banyak dari kalian yang merasa dunia mengacuhkan kamu, engga memperdulikan kamu, meremehkan kamu.

Itu sama halnya dengan apa yang saya rasakan sekarang!

akan tetapi saya jadikan semua itu sebagai motivasinya dalam diri saya.

Untuk anda dan saya pribadi, jangan khawatir dengan masalah seperti ini karena ada pepatah mengatakan "Seorang Nabi tidak dihargai di negrinya sendiri". Yang itu artinya kita ga boleh pesimis degan keadaan seperti ini, tanpa menutup kemungkinan kalau di luar sana masih banyak kok yang segan, kagum terhadap diri kita :D

Monday

Is He Testing New Waters Today?-Justin Bieber -

Justin Bieber di Miami akhir pekan lalu, tapi tidak untuk menyerap pemandangan dan matahari, bintang pop remaja bekerja di album barunya Percaya. Hari ini, Justin bekerja sama dengan produser mega dan penyanyi rap Pharrell, yang suara yang berbeda dari apa yang dianggap sebagai Justin Bieber lagu tradisional. Apakah sensasi bernyanyi 17 tahun ini menguji air baru untuk lagu-lagu nya?

Musik Justin sudah konsisten sejak ia memukul YouTube dengan lagu nya kembali pada hari. Sementara lirik lagunya dan suaranya matang, jenis musik dia terus mengeluarkan untuk lebih dekat penggemar pertama kali mendengar dari Bieber. Dia 17 dan tepat di sudut itu usia ajaib 18 tahun, itu bisa dimengerti bahwa dia mungkin ingin menguji air dengan beberapa bunyi baru.

Pharrell itu bagian dari duo memproduksi menakjubkan siapa yang bekerja dengan beberapa hebat dalam rap dan hip-hop dunia. The kolaborasi terbaru yang Pharrell memiliki di bawah ikat pinggang termasuk Ne-Yo, Wiz Khalifa, Dr Dre, dan Snoop Dogg, menurut Rap Up. Orang itu yang terbaik yang ada, sehingga Bieber adalah jiwa beruntung memiliki Pharrell membawanya di bawah sayapnya.

Apakah Justin tetap dekat dengan akar-akarnya atau mendapat kakinya basah menguji musik dengan lebih dari tepi rap untuk itu, satu hal yang pasti, para penggemarnya akan mendukung dia dalam setiap petualangan dia mengambil. Bintang pop muda beruntung karena ia yang menghiasi dengan salah satu basis penggemar yang paling berdedikasi untuk datang bersama-sekali.


Luppedt and friends

luppedt "aneh deh :)"

Saturday

JUSTIN BIEBER VS. SLIPKNOT PSYCHOSOCIAL BABY LYRICS


http://www.youtube.com/watch?v=eIf3b6meriM
 I Did My Time, And I Want Out!
So Abusive Faith
It Doesn't Cut, This Soul Is Not So Vibrant.
The Reckoning, The Sickening.
Back At Your Subversion
Pseudo-sick But Sick Perversion
Go Drill Your Desserts, Go Dig Your Graves!
Then Fill Your Mouth With All The Money You Will Save.
Sinking In, Getting Smaller Again.
I'm Done! It Has Begun, I'm Not The Only One!

And The Rain Will Kill Us All.

Throw Ourselves Against The Wall.
But No-one Else Can See.
The Preservation Of The Martyr In Me.

Psychosocial, Psychosocial, Psychosocial.

Psychosocial, Psychosocial, Psychosocial.

Ooooo

There Are Cracks In The Road We Lay.
But We're The Devil Feud, The Secret Death Gone Mad.
This Is Nothing New, But Would We Kill It All
The Hate Was All We Had!
Who Needs Another Mess? We Could Start Over!
Just Look Me In The Eyes And Say I'm Wrong!
Now There's Only Emptiness, But A Message To Bring
I Think We're Done, I'm Not The Only One!

And The Rain Will Kill Us All.

Throw Ourselves Against The Wall.
But No-one Else Can See.
The Preservation Of The Martyr In Me.

Psychosocial, Psychosocial, Psychosocial.

Psychosocial, Psychosocial, Psychosocial.

Fate! Cannot Catch This Lie.i Tried To Tell You Fi


Tuesday

Cerpen: Terang Cahaya di Kehidupan Berikutnya

SEKARANG lagi zamannya "ngebunglon", ikut sana ikut sini. Mulai gaya rambut, model baju, gaya bicara, sampai gaya hidup. Begitu juga di kampungku. Semua orang nggak mau dianggap "katro, ndeso, dan ngampung" kalau nggak ngikutin tren atau sesuatu yang baru.

Contohnya aja suasana di kampungku. Bulan kemarin lagi hot potongan rambut gaya Dian Sastro. Jadilah ibu-ibu beserta anak gadisnya ramai memotong rambut mereka masing-masing, meniru gaya Dian. Nggak apalah muka tak secantik artis ibu kota itu.


Menyamai gaya rambutnya saja sudah cukup puas hati mereka. Begitulah kampungku. Kampung yang terletak di pedalaman Cimbuleuit. Sebuah desa yang terletak di Jawa Barat. Banyak disebut orang luar sebagai "Kampoeng Bunglon."


Kampungku terdiri atas 50 kepala keluarga. Karena jumlahnya yang sedikit, hubungan satu keluarga dengan keluarga yang lain sangat akrab. Makanya "ngebunglon" merupakan salah satu tradisi kami.


Memperkecil perbedaan bisa mempererat kekeluargaan. Prinsip mereka hampir sama, kecuali abahku. Dia tuan tanah di kampung ini. Punya berhektare-hektare sawah dan sangat mapan. Abah adalah sosok yang keras dan kaku. Aku heran kenapa emak menikahi abah? Lebih heran lagi, kenapa aku yang menjadi anak semata wayangnya? Itulah abahku


Abah tak pernah ikut-ikutan. Tak pernah menyumbang untuk acara 17 Agustusan. Nggak pernah membeli pestisida. Dia juga nggak pernah menyumbangkan hasil panen untuk acara panen raya yang diadakan di kampung.


"Pejabat dusun yang pelit" begitu orang kampung menyebutnya. Tapi, abah tak pelit. Abah sembunyi-sembunyi dalam hal kebaikan. Waktu itu lagi zamannya melebarkan halaman depan rumah masing-masing. Keluarga yang satu dengan yang lain tak mau kalah. Jadilah jalan kampung menjadi sempit. Mereka melakukannya demi gengsi, kecuali abahku.


Di suatu malam aku pernah menanyakan kepada abah mengapa dia tak ikut melebarkan halaman. "Buat apa melebarkan halaman, toh kita tak punya mobil ataupun motor, cukuplah halaman dipakai untuk tanaman emakmu saja," ia berkata tegas sambil membaca koran yang diterangi cahaya dari lampu teplok.


Bulan berikutnya, datanglah surat dari pamong desa. Surat itu berisi perombakan jalan seperti semula. Proteslah orang di kampungku. Tapi mau apa lagi, yang tinggi selalu menang. Terbuanglah uang mereka. Abahku memang benar...


***


Bulan September saat itu. Masuklah isu yang lama-kelaman menjadi berita heboh. Listrik masuk kampungku! Dimulailah tradisi "ngebunglon." Dipasanglah listrik mulai rumah ketua RT, ketua RW, pamong desa, hingga rumah orang biasa. Kecuali rumahku, rumah terakhir yang gelap di malam hari. Tanpa penerangan cahaya yang modern.


Bulan berikutnya, banyak orang mulai sibuk membeli perangkat-perangkat. Agar listrik di rumah mereka dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tak hanya TV, radio, setrika, tapi juga kulkas, dispenser, VCD player, bahkan home theater. Kampungku sekarang berubah menjadi "Kampoeng Bunglon Modern."


Aku iri kepada temanku yang dapat menonton TV dengan bebas di rumahnya. Nggak seperti aku yang hanya bisa menumpang nonton di rumah Pak RT. Iri kepada temanku yang selalu ditemani cahaya lampu saat belajar di malam hari. Sedangkan aku? Yah... aku masih setia pada lampu teplok-ku. Aku harus membuka mataku lebar-lebar agar bisa membaca. Tak tahan lagi aku kali ini. Aku marah kepada abah.


"Abahmu itu, tetap saja uangnya bertambah banyak, bertambah pelitlah dia." Pak Burhan, seorang pamong desa, berkata saat acara nonton bersama di saung (tempat kumpul-kumpul).


"Memangnya listrik akan menghanguskan semua uang yang disimpannya di bawah bantal?" Bu Narhub berkata.


"Abah tak menyimpan uang di bantal," aku menyahut pelan.


"Yah, tahulah kau bocah. Aku kira saking pelitnya, dia tidur dengan uang yang disimpannya di bawah bantal," Bu Narhub sang pencibir ulung tetap saja mengoceh. "Ha...ha...ha...", semua orang kampung tergelak.


Rasa kesalku kepada abah bertambah. Bulan Desember saat itu bulan kelahiranku, seharusnya menjadi bulan yang indah. Tapi, abah yang mulai sakit-sakitan mulai mengakhiri perjuangan dan menutup lembaran terakhir cerita hidupnya.


Tak banyak orang yang datang pada saat pemakaman abah. Hanya saudara, teman terdekat, dan beberapa orang kampung. Saat prosesi pemakaman. Orang kampung mulai berceloteh, "Abahmu itu terlalu pelitnya sampai akhir hayatnya tak mau memasang listrik di rumahnya."


"Iya betul, tak perlu lagi emakmu susah payah menyalakan sumbu di malam hari. Tidak seperti kami tinggal menyalakan lampu bila malam tiba, rumah kami terang kan?" Mereka terus saling menyahut, seperti bunglon lupa akan suasana khidmat pemakaman.


"Abahmu itu suram, lebih suram dibanding rumah keluargamu di siang bahkan sampai malam hari. Cukuplah membayar listrik untuk memasang satu lampu di ruang tengah, biar rumahmu terlihat terang sedikit,"


"Betul itu...," Aku tetap diam.


"Betul sebutan kami untuk abahmu 'pejabat dusun yang pelit'," beberapa orang menyunggingkan senyuman. Aku tak sabar lagi, aku berkata dengan berbisik sambil menatap satu per satu orang yang berceloteh tadi


"Abah bukannya pelit. Begitulah perawakannya, ia tak mau memasang listrik, tak mau memasang lampu di ruang tengah, ruang baca, musala, dan di bagian mana pun rumah kami." Aku terus menatap mereka.


Tapi abah takut, sangat takut bila ia mendapat begitu banyak terangnya cahaya di kehidupan ini. Abah khawatir tak akan mendapatkannya lagi di kehidupan sesudahnya. Mereka semua tertunduk malu...

Saturday

Gak Kenal, Gak Like, Gak Kanggo !!


Maaf nih . .masih bayak permintaan yang belum gue konfirmasi .
Sebelumnya saya curhat tentang ini .

masih sekitar 2500 sampah yang musti aku beresin..
bukana apa-apa.. aku cuman gimana yaa ?
1. kenal aja enggak
2. pasang status terus
bikin penih berandaku aja tau gak ! kalo kenal si gak masalah .. kita bisa bahas di dunia nyata nantinya . lah ini, uda gak kenal pake curhat-curhat segala "emang'e nyong pan gon apa??" "ngrewangi ente ??" "ente sapa??" kalo uda gini jadi marah beneran kan ? aku remove semua nih yang gak aku kenal !

Beda lagi sama yang suka ng'jempolin status aku.. itu artinya mereka peduli sama aku ,yaa meskipun kedengarannya janggal sii.. tapi menurut akuorang yang suka ng'jempol itu tanda apresiasi dari dan aku sukaa sekaligus berterimakasih pada kalian yang suka njempolin status aku..

Maaf kalo perbuatanku ini bikin kalian tersinggung dan "I Believe You Will Undertstand" makasi Sobat Dumay


Ada sekitar 500 dari kalian yang akan aku remove . SALKOMSEL !
http://www.facebook.com/SolehDampyak ------ facebook
http://www.facebook.com/kpc.kpb.kpa ---------- like my page

Have A Nice Day

Bukan karena hari ini indah, kita menjadi bahagia, tetapi karena kita bahagia, maka hari ini menjadi indah.
Bukan karena tidak ada rintangan, kita menjadi optimis, tetapi karena kita optimis, maka rintangan menjadi tidak terasa
Bukan karena mudah, kita menjadi yakin bisa, tetapi karena kita yakin bisa, maka semuanya menjadi mudah.
Bukan karena semuanya baik, kita menjadi tersenyum, tetapi karena kita tersenyum, maka semuanya menjadi baik…morning all…
Have a nice day.. :)

Friday

Desa di China ini, Mempunyai Hotel Yang Lebih Tinggi dari Menara Eiffel

Tidak mau ketinggalan dengan kota-kota yang lain, salah satu dari desa terkaya di China, Huaxi, telah membangun sebuah hotel pencakar langit setinggi 328m dengan biaya $ 470 juta, hal ini adalah indikasi yang jelas dari pertumbuhan ekonomi negara. 


Hotel Longxi di desa Huaxi telah dibangun untuk merayakan ulang tahun ke-50 dari desa tersebut. Desa, yang terletak di timur China provinsi Jiangsu, telah menjadi daerah pedesaan pertama di dunia yang memiliki gedung pencakar langit sendiri.


Hotel ini menawarkan 800 kamar suite yang dapat menampung 2.000 orang, ruang pameran, sebuah restoran berputar, dan kolam renang di puncak gedung dan taman.


Sebuah patung banteng, terbuat dari emas padat yang dilaporkan mempunyai berat 1 ton, juga telah dipasang. Sapi Emas ini adalah bukti kekayaan desa, akan menyapa pengunjung di lantai ke-60 menara.


Hotel 74-lantai ini telah dibangun selama 4 tahun dan sekarang mendapat peringkat sebagai gedung pencakar langit tertinggi no. 15 di dunia, dan lebih tinggi dari Menara Eiffel di Paris (324m) juga Chrysler Building di New York (319m).


Setelah dulunya desa ini menjadi komunitas pertanian yang miskin, Huaxi meningkat drastis selama setengah abad terakhir setelah reformasi ekonomi China tumbuh, dari jumlah penduduk sekitar 1.600 hari ini telah berkembang menjadi 50.000 jiwa. 
Jika statistik bisa dipercaya, maka setiap keluarga memiliki setidaknya satu rumah, dua mobil dan tabungan US $ 250.000 di bank. Para penduduk di desa terkaya di China ini menikmati perawatan kesehatan universal dan pendidikan gratis.

Wednesday

Catatan Perjalanan: Justin Bieber My World Tour, Indonesia


HALLO!!
Udah lama juga ya sejak tulisan terakhir saya di blog Soleh ini. Sengaja… Soalnya saya memang berencana untuk nunggu sampe konser Justin Bieber kelar, baru deh nulis lagi.
Oh! Oh! Siapa itu Justin Bieber??? Fenomena banget doi kayaknya yaaa?? Ya iyalah! Secara gitu lho. Dia punya semua yang wajib dimiliki seorang penyanyi: suara, tampang dan karisma!

Awww… Awww… Cuma nyebut namanya aja jantung saya pasti berdebar-debar. Nggak tau kalo jantung kalian. Ngomong-ngomong, kalo kalian ikut berdebar juga, itu namanya kalian kena Bieber Fever alias Demam Bieber. Jangan diobatin! Bieber Fever jenis penyakit yang sayang kalo disembuhin.
Justin Bieber baru aja selesai konser di Indonesia lho!! Saya adalah salah satuBelieber -sebutan untuk penggemar Justin Bieber- yang beruntung bisa menyaksikan aksi panggung anak lelaki asal Kanada ini.

Hari Sabtu23 April 2011 SICC (Sentul International Convention Center)Bogor menjadi saksi memukaunya aksi panggung Justin Drew Bieber -selanjutnya kita singkat JB saja ya, biar kesannya lebih akrab gitu sama doi.
SEMUA DIMULAI DI SINI
Di bulan Januari, ketika promotor meresmikan penjualan tiket JB di EX Plaza, saya langsung mengabarkan Boss Patrick kalo di tanggal JB manggung, saya minta cuti. Beehh!! Padahal tiket belum di tangan, tapi saya udah percaya diri gila bakal nonton. Sejak hari penjualan di EX itu, tiap hari kerjaan saya di Facebook cuma menghitung mundur kedatangan si pujaan tercinta. Memang sih saya nggak ikut antri beli tiket di EX, karena saya kerja dan memang belum ada uang juga. Tapi promotor membuka penjualan onlinedan dari situlah saya akan beli tiketnya.
Nah, ngomongin tiket online konser JB rasanya belum puas kalo tanpa ngomongin promotor. Coba kalian bayangkan, berapa kali sudah saya dan Beliebers lainnya dibohongin! Promotor seenaknya ngasih tau tanggal dan jam penjualan secara mendadak, dan giliran kami udah pantengin website Raja Karcis -penjual resmi yang ditunjuk promotor- kami sama sekali nggak bisa akses dan sejam setelahnya muncul update diTwitter kalo penjualan ditunda… Ditambah dengan alasan-alasan dan penundaan lainnya. Saking emosinya, saya sampe nulis surat pembaca ke Warta Kota (dimuat 2 hari berturut-turut) dan Berita Kota (dimuat juga!).

OMBOh-my-Bieb!! Berhari-hari saya nunggu kabar lanjutan, selama jam kerja curi-curi waktu cek timeline Twitter demi dapat info penjualan, dan akhirnya ketika hari penjualan benar-benar tiba, saya butuh perjuangan keras untuk bisa beli selembar tiket! Dibuka pukul 6.30 malam, saya baru berhasil connect ke website jam 2.15 pagi! Itu pun masih harus ditambah perjuangan panjang lainnya sampe akhirnya tiket resmi dipesan.



Harga tiket yang gila-gilaan mahalnya (makasih Tante Imey yang udah mau beliin) ditambah lagi susahnya saya dapet tiket, bener-bener bikin saya senewen! Murid saya,Gita, juga batal pergi karena akses ke Raja Karcis selalu gagal. Padahal kami udah janjian mau pergi bareng dan selalu ngobrol tentang JB.
MAKIN TERSERANG BIEBER FEVER
Saya nggak sabar nunggu JB datang. Status-status BlackBerry Messenger saya dipenuhi foto JB. Kalo status saya “Tidur. Ngantuk.” maka saya akan pasang foto JB lagi tidur. Kalo status saya “Mandi dulu ah!” maka saya akan pasang foto JB yang hanya dibungkus selembar handuk. Kalo status saya “Lapar deh…” maka foto JB mengunyahburger pun menghiasi profil saya.
Ya! Bieber Fever saya makin akut! Menjelang hari H, persiapan saya makin matang. Kaos ungu bertuliskan I LOVE JBbinoculars alias kekeran alias teropong, kamera dan pastinya tiket konser itu sendiri.

Cihhh!!! Promotornya memang pelit!! Tiket konsernya hanya selembar kecil kertas putih bertinta hitam! Padahal harga tiketnya mahal lho!!! Bandingkan dengan tiket konserBruno Mars seharga Rp. 500,000 ini!


MENUJU SENTUL
Tiba juga hari yang ditunggu-tunggu. Setelah sekian lama berhubungan jarak jauh, saya bisa liat JB secara langsung! Sejak malam perut saya seperti bergejolak. Perasaan senang bercampur deg-deg-an bikin saya susah tidur. Untunglah teman saya, Agam dan Mbak Indri, belum tidur. Jadi saya bisa chatting sama mereka sambil nonton MTV. Ada JB jadi bintang tamu! Awww…
Saya berangkat dari Depok jam 12 siang. Nantinya saya akan ke Stasiun Tebet dan bertemu dengan teman-teman yang saya kenal dari pembelian tiket konser JBRisty,Tasya dan Mamanya. Mereka bawa mobil pribadi jadi saya ikut menumpang. Saya merasa sangat beruntung lho, karena Mamanya Tasya minta tukeran duduk dengan saya di konser nanti. Tiket Biru saya akan digantikan dengan tiket Merah! Wooww!!!
Begitu tiba di Sentul, jalanan macet! Ribuan kendaraan Beliebers memasuki lokasi. Kami harus berjalan untuk menuju SICC. Enaknya kami diantar sama mobil lapis baja yang kayak tank itu. Dari luar terlihat besar. Tapi di dalamnya kecil. Terasa nyaman karena ber-AC. Wah, seru banget rasanya. Ini pertama kali saya naik mobil lapis baja.
Memasuki arena SICC, pemeriksaannya ketat banget! Sok ketat deh kalo menurut saya. Padahal itu kan baru mau masuk lapangannya ya, tapi kita udah nggak boleh bawa makanan dari luar. Wajib beli makan di dalam.


Beliebers juga nggak boleh bawa poster (promotor pelit bin kikir, takut poster bikinanBeliebers ngotorin SICC dan mereka nggak mau keluar uang buat bayar tukang bersih-bersih). Vita, teman yang baru saya kenal di SICC, udah capek-capek bikin poster. Apa daya harus dia singkirkan…

Selama menunggu pintu ke SICC dibuka, saya dan teman-teman saya asik berfoto denganJB palsu.

Sempat ada kehebohan!! Katanya JB muncul di salah satu jendela. Tapi kayaknya cuma gosip. Saya teropong ke tiap jendela nggak ada tanda-tanda keberadaan doi tuh.
AKHIR DARI PENANTIAN
Inilah suasana ketika saya memasuki gedung SICC.


Dan di sinilah saya duduk.


Saya agak terkejut melihat panggung yang tidak terlalu besar. Di konser-konser JB yang saya tonton di YouTube, panggungnya besar dan lebar karena JB banyak menghadirkan atraksi tarian yang penuh gerak. Selain itu layar-layar yang akan menampilkan JB juga berukuran biasa saja. Ah promotor, nggak habis-habisnya sebal sama kalian. Beginikah panggung konser dengan tiket seharga jutaan?
Sambil menunggu kehadiran JB, saya ngobrol-ngobrol dengan Beliebers yang lain. Dan ada beberapa artis yang duduk dekat kursi saya; Raffi AhmadYuni Shara dan anak-anaknya serta Julia Perez!!
Semakin malam, gedung SICC makin ramai. Semua mau nonton JB. Tapi kami harus sabar. Kami masih harus nonton penampilan band Gruvi. Jujur deh! Kalo bukan karena mereka punya hadiah buku dan kaos yang ditandatangani JB, saya nggak bakal mau ikut nyanyi.

Sebenernya ada lagi yang saya kecewain dari promotor. Mereka nggak kasih souvenir apa-apa!! Please deh. Kalo ke acara musik, mulai dari yang berkelas seperti Java Jazz sampe yang gratisan kayak Langit Musik Telkomsel, saya selalu dapet kenang-kenangan. Di konser JB saya cuma dikasih gelang kertas.
Menit-menit menjelang konser dimulai, muncul papan penghitung mundur waktu. Sampai waktu itu habis, kami menikmati penampilan seorang DJ.


OH MY BIEBER
Justiiinnn!!!!!!”
Saya teriak sekencang-kencangnya ketika JB muncul di panggung, sampe sedikit terkencing-kencing. Diselubungi asap, akhirnya badan JB keliatan juga!! Ya Tuhaaan!!!! Saya nggak nyangka saya bisa liat dia secara langsung!!! Lagu Love Me menjadi lagu perdana dari konser My World Tour. Dilanjutkan dengan lagu BiggerJB menyanyi dan menari dengan sangat bersemangat.

What’s up Indonesia???? Welcome to my world!!”
Jeritan Beliebers terdengar seantero gedung. JB kemudian menyanyikan lagu U Smile. Akh! Akh! Akh! Saya cinta sekali sama diaaa…
Saya sibuk memotret, ikut menyanyi, menatap wajahnya secara close-up dari teropong…JB udah tambah tinggi dan badannya juga mengurus. Akh! Dia sudah dewasa! Sosok 17tahun di depan saya ini begitu maha tampan. Berturut-turut kemudian JB membawakan lagu Runaway Love dan Never Let You Go.

Setelah dibuat berdendang dengan penuh semangat dan JB pastinya juga lelah menari, berikutnya Beliebers disuguhi akustik lagu I’ll Be (entah ini lagu siapa) dan Favorite Girl. Beberapa kali wajah JB muncul di layar. Senyumnya itu lhoo…. Aaaarrrgghhh!!!

Sekarang, bersiaplah untuk moment dimana saya menangis pilu. Sudah bukan rahasia kalau di setiap aksi panggung One Less Lonely Girl, akan ada satu Belieber beruntung yang naik ke panggung. Dan itulah yang terjadi. Seorang gadis dibawa dari belakang panggung, duduk sambil menangis terharu, JB dengan lembut memegang tangan, mengusap airmata dan memeluknya!!! Alyssa Daguise, blasteran Indonesia-Prancis, berhasil membuat saya bercucuran air mata. Sakit!! Rasanya seperti memergoki pasangan kita selingkuh di depan mata!!! Oh noooo!!!
Tangisan saya nggak berhenti. Lagu selanjutnya, Stuck In The Moment -lagu kesukaan saya- hanya dijadikan pengantar video JB kecil. Tangis saya makin pecah. Tapi saya tetap ikut menyanyi.

Somebody To Love. Ya, JB! You are my somebody to love. But you’ve just hugged a girl in front of me!! Akhh… Masih menangis saya kembali berdendang. Kemudian di layar ada video JB di dalam mobil, berlanjut aksi panggung Never Say Never (saya tetap menangis) dan penampilan Jamie Aditya, mantan VJ MTV tahun 1990-an, berkolaborasi dengan Legaci.
Justin!” teriak DJ.
BIEBER!!!!” sahut Beliebers.
Lagu One Time menggema. Saya sudah bisa berhenti nangis. Tapi kemudian ketika That Should Be Me berkumandang, saya mewek lagi. Hiks!! That should have been me being your One Less Lonely Girl!!
Beliebers juga disuguhi aksi breakdancers yang JB bawa khusus. Setelahnya, JB memanjakan kami dengan aksi permainan drum secara solo. Saya jadi teringat teman saya -bukan JB. Dia kan juga jago main gitar dan drum seperti JB.





 

Shawty is the eenie meenie miney mo lova!!!”
Beliebers tidak ada sedikit pun yang tidak ikut bernyanyi. Eenie Meenie menjadikan suasana bersemangat menjelang akhir konser. Kami bisa sedikit tenang saat JB menyanyikan lagu Pray. Duduk di tangga, JB terlihat mendalami lagu yang dinyanyikannya. Lagu tentang orang-orang miskin dan tak mampu.

Good night!” tiba-tiba saja JB mengucapkan perpisahan seraya lari ke belakang panggung.
Hah!!! Udah??? Nggak mauuu… Saya jerit-jerit, manggil-manggil, guling-guling (ini boong!). Lalu di layar muncul tulisan:
DO YOU WANT MORE???
Yesss!!! We want more! We want more!!” teriak Beliebers.
REALLY???
Yeeesss!!!!!!” lanjut Beliebers.
THEN MAKE SOME NOISE!
“Aaaahhhhh!!!”
LOUDER!!
Justiiiiinnnnnn!!!! Aaaaaaahhhhh!!!”
Yang dipanggil muncul lagi.
You guys want me to stay? But, but, I, I gotta go now, you know.”
Ngokk!! Nggak perlu buru-buru kan?? Baru juga jam 10 malem! Beliebers mau satu lagu! Satu lagu yang belum dinyanyiin. Dan JB nanya lagu apa yang kami mau dengar. Sontak semua berteriak “Baby!”
Konyolnya JB malah nyanyi, “Ohhh… Hit me baby one more time!”

Beliebers nggak putus asa. Dan JB tetap ngeyel. “I know!! Rock a baby…” Dia malah nyanyi lagu nina bobo-nya orang bule. Barulah setelah jeritan gemas (bukan Gomez, kalo Gomez mah cewek yang diduga pacarnya JB) makin keras, JB sadar dan berkata, “Oh! Baby!!!” Maka jadilah lagu Baby menutup konser malam itu…
Oh, Justin Biebeeerrr!! Saya masih mau kamuuu… Please come back!!! Hiks… Thanks for tonight, JB. Terima kasih juga untuk semua yang sudah membantu dan mendukung saya nonton konser idola saya. Much love! (Not to promoters! They’ve given me enough shit!)
PS: Sepanjang konser efek panggung JB cuma asap-asap doang, waktu di awal dia muncul. Sisanya cuma lampu-lampu disko biasa. Bahkan penutupan pun nggak megah sama sekali. Nggak ada kembang api mancur, nggak ada hujan kertas warna-warni. Intinya, untuk promotor, mereka nggak sukses. Too bad! Untungnya penampilan JB sangat memuaskan!